- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Diposting oleh
I am Vel
pada tanggal
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
DEWA, DARAH, FAMILIA, DAN KISAH
Setitik darah jatuh, menciptakan riak.
Beribu-ribu tahun yang lalu, Ini adalah sebuah ritual
Seorang manusia akan menerima stetes darah dari dewa, kemudian mereka mulai memanjat ke level selanjutnya. Beberapa orang berkata bahwa ritual ini adalah kunci untuk menggapai masa depan, melengkapi orang-orang dengan kekuatan yanh diperlukan untuk mengalahkan kejahatan dan melalui tantangan-tantangan yang besar.
Tetapi, para dewa mendengar cerita itu dan tertawa, berkata untuk tidak merumitkan hal yang sederhana itu.
Darah itu hanya sebatas pemicu. Ia membuka potensi yang dimiliki oleh manusia, membuka kemampuan yang bahkan tidak bisa diketahui oleh para dewa. Dengan kekuatan mereka sendiri, para manusia menempuh jalan tanpa akhir, menaklukan gelombang yang tinggi, bertahan dari hujan yang deras, dan dengan langsung menghadapi badai. Manusia sendirilah yang menarik dayung mereka mengarungi lautan luas.
Seorang dewa meminta maaf, mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesalahan untuk memaksakan kehendak pada manusia.
Dewa yang lain mengelak, mengatakan bahwa adalah kebahagiaan orang tua (dewa) menyaksikan anak mereka (manusia) bertumbuh.
Dewa yang lain berharap akan seorang pahlawan yang bisa menanggung beban di era yang akan datang.
Sejak dahulu kala, banyak dewa yang melukai jari mereka dan meneteskan darahnya ke dunia.
Hingga sekarang...
Setelah tetesan darah itu membuat riak cahaya, kulit manusia akan bergetar seperti permukaan kolam air. Huruf-huruf berwarna hitam muncul di belakang manusia itu. Simbol yang melayang-layang di punggungnya terlihat seperti perkataan dewa yang berada dalam api suci. Jari-jari yang ramping bergerak mengikuti simbol itu dan satu-persatu simbol itu kemudian terukir.
Hieroglif
Menggunakan excelia yang adalah akumulasi pengalaman dari sang anak lelaki, tangan dewi itu memasukkan falna sebagai pengganti tinta.
Ia sama seperti membuat sebuah cerita dan membalikkan halaman untuk menulis cerita baru.
Dewi itu menyukai sensasinya. Rasa senang yang tak tergambarkan memenuhi hatinya saat melihat potongan cerita itu memenuhi kertas kosong. Ia memiliki hak istimewa sebagai yang pertama untuk membaca cerita itu. Itu adalah harta yang tidak bisa dicuri darinya. Ini adalah waktu yang spesial, momen dimana ia bisa terhubung dengan anak itu. Lelaki yang ia sangat cintai.
Seperti anak-anak yang berseri matanya saat akan mendengar dongeng, ia tersenyum.
Dia kemudian mengambil lembar kertas baru. Di punggung anak lelaki itu terukir nama dari sang dewi, dan anggota familianya yang bersinar redup di samping simbol mereka, api.
Akhirnya dia berhenti menggerakan tangannya, dan menyingkir dari punggung anak lelaki itu.
Setelah selesai menulis, dewi itu berbicara dengan emosional seakan ia mengeluarkan nafas yang ia tahan selama ini dalam dadanya.
"Selamat Bell, kau sudah naik level."
DAFTAR ISI | NEXT
Komentar
Posting Komentar